Friday, April 25, 2008

KEBAHAGIAAN DIBALIK ASAP

Senin, 21 April 2008 Amanda dan Tsara mendapat kesempatan untuk mewawncarai seorang pedagang jagung bakar di daerah rawamangun. Berikut hasil wawancara kami :

T ( Tanya ) : Nama lengkap, Bapak?
J ( Jawab ) : Kafirudin

T : Bapak berasal darimana?
J : Dari Purwokerto, Jawa Tengah

T :Berapa usia Bapak sekarang ini? Apakah Bapak sudah menikah? Sudah punya berapa anak, pak?
J : Saya berumur 35 tahun, saya sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak.

T : Di Jakarta ini Bapak tinggal dimana?
J : Saya dan keluarga tinggal di Cipinang Muara.

T : Sebenarnya apa cita-cita Bapak saat masih bersekolah dulu?
J : Sebenarnya dulu saya sangat ingin jadi mekanik, oleh karena itu saya bersekolah di STM

T : Bagaimana ceritanya Bapak bisa sampai di Jakarta?
J : Karena setelah lulus dari STM ( Sekolah Teknik Menengah ) di Purwokerto, tidak ada lapangan pekerjaan yang menarik disana. Dan jaman dahulu, Jakarta sebagai ibukota negara merupakan tempat yang strategis untuk mencari pekerjaan. Jadi saya dan kelurga saya memutuskan untuk mencari pekerjaan di Jakarta dan pindah ke Jakarta.

T : Kenapa Bapak memililih untuk menjadi pedagang jagung bakar?
J : Pada awalnya, saya tidak berjualan jagung, saya bekerja sebagai buruh pabrik di Jakarta. Tadinya yang menjual jagung bakar ini bukan saya tetapi saya titipkan pada orang lain. Namun orang tersebut minta berhenti untuk menjual jagung. Saya bingung tidak ada yang meneruskan pekerjaan ini, jadi saya memutuskan untuk berhenti dari pabrik dan beralih profesi menjadi pedagang jagung bakar samapai sekarang. Selain itu jagung bakar itu praktis, bahannya gampang untuk dijual dan banyak digemari oleh orang-orang.

T : Kenapa Bapak tidak mencari orang lain atau saudara untuk menggantikan berjualan jagung? Jadi Bapak bisa tetap bekerja di pabrik.
J : Saya sudah berusaha mencari penggantinya, tetapi mencari orang yang cocok, yang jujur susah. Jadi saya memutuskan saya saja yang berjualan.

T : Bapak sudah berjualan jagung bakar ini dari kapan?
J : Saya sudah mulai berjualan jagung dari tahun 1991

T : Kenapa Bapak memilih untuk berjualan di Rawamangun?
J : Menurut saya, Rawamangun ini tempatnya sangat strategis, jadi saya bisa mendapat keuntungan yang cukup banyak di sini.

T :Kan tempat tinggal Bapak jauh dari Rawamangun, jadi setiap hari Bapak mendorong gerobak ini daei Cipinang Sampai Rawamangun?
J : Ooh tidak, saya menitipkan gerobak ini di sekitar rawamangun, Jadi saya tidak perlu repot-repot untuk mendorong gerobaknya.

T : Berjualan di Rawamangun dari jam berapa sampai jam berapa, pak?
J : Mm, dari jam setengah 7 malam sampai dengan jam 12 malam atau tidak sampai jualan saya habis.

T : Berapa kira-kira penghasilan Bapak per hari?
J :Tidak tentu, tergantung cuaca dan pelanggaan yang datang. Rata-rata per hari keuntungan bersih saya sekitar Rp 100.000,00

T : Dengan penghasilan Bapak apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari?
J : Yaa, dibilang cukup ya cukup, dibilang tidak ya juga tidak. Jadi semunya dibuat cukup saja, asal kita pintar memutar uang tersebut.

T : Tapi, dengan penghasilan tersebut apakah Bapak bisa menyekolahkan kedua anak Bapak?
J : Iya, kedua anak saya sampai sekarang masih bisa bersekolah. Anak pertama saya kelas 1 SMP di SMPN 52 dan anak kedua saya masih kelas 6 SD.

T : Darimana Bapak mendapatkan resep untuk membuat jagung bakar ini?
J : Saya mendapatkan resep ini dengan cara diajarkan oleh seseorang. Sejak saat itulah saya mulai mencoba-mencoba dan ternyata berhasil dan disulai pelanggan saya.

T :Apakah istri dan keluaga mendulung pekerjaan Bapak yang sekarang ini?
J : Tentu saja, istri dan keluarga saya mendukung pekerjaan saya ini. Mereka tidak pernah mengeluh dan mensyukuri apa yang telah saya berikan.

T : Apakah Bapak berniat untuk berganti pekerjaan?
J : Ya kalau ada pekerjaan yang cocok saya mau. Saya kan kalau siang nganggur, jadi bolehlah sambil mengisi waktu luang.

T : Boleh tau suka duka Bapak selama menjadi pedagang jagung bakar tidak?
J : Ooh boleh, suka nya banyak begitu juga duka nya. Suka nya kalau lagi habis dagangannya jadi bisa bawa uang untuk penuhin kebutuhan. Anak isteri juga senang. Dukanya kalau hujan, dagangan jadi tidak laku.

T: Pak, boleh tidak Bapak menceritakan sedikit kehidupan sehari-hari Bapak selain berdagang di sini?
J: Mm, seperti yang telah saya katakan tadi pada siang hari sampai dengan pukul lima saya tidak bekerja saya di rumah saja bersama isteri dan anak saya. Saya di rumah membantu isteri saya menjaga warung untuk menambah penghasilan keluarga. Kira-kira pada pukul lima saya berangkat ke rawamangun untuk siap-siap berdagang. Setelah selesai berjualan, kira-kira pukul 12 malam saya pulang ke rumah untuk beristirahat. Ya itulah kehidupan sehari-hari yang saya jalani.

T: Bagaimana perasaan Bapak dalam menjalani pekerjaan ini? Bagaimana Bapak bisa menerima keadaan Bapak yang sekarang ini?
J : Ya saya menerima saja apa yang saya kerjakan sekarang ini. Yang penting saya terus berusaha dan berdoa kepada Tuhan agar memberikan jalan yang terbaik bagi saya dan keluarga. Saya selalu mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri saya, karena saya tahu masih banyak orang yang lebih kekurangan daripada diri saya. Selain itu ini juga berkat isteri dan anak-anak saya yang selalu mendukung dan menerima saya apa adanya.

T: Apa tujuan dan cita-cita hidup Bapak sekarang ini?
J : Tujuan hidup saya adalah bekerja sebagai ibadah dimana dalam agama saya, yaitu agama Islam, segala sesuatu dalam hidup ini haruslah disyukuri. Karena apabila kita mensyukuri dan menerima apa adanya yang diberikan oleh Tuhan kita sebagai umat-Nya pasti akan diberikan balasan yang setimpal. Jadi tujuan hidup saya sekarang ini adalah menjadi orang yang baik bagi keluarga, kerabat saya serta bagi Tuhan sendiri. Karena menurut saya dimata Tuhan kita ini sama sebagai makhluk ciptaan-Nya yang membedakan kita hanyalah amal ibadah dan ketulusan kita dalam menjalani hidup ini, karena saya tahu Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi semua umat-Nya.
Kalau berbicara mengenai cita-cita hidup saya adalah mempunyai keluarga yang sakinah mawadah warohma sesuai dengan ajaran agama Islam serta saya ingin anak-anak saya berhasil di kemudian hari dan mempunyai kehidupan yang lebih baik dari saya sekarang ini. Sebenarnya cita-cita terbesar saya adalah bisa membimbing keluarga dengan baik sesuai ajaran-Nya sehingga kami sekeluarga bisa masuk Sorga.

Demikian hasil wawancara kami bersama Pak Kafirudin, pedagang jagung bakar di Rawamangun. Kami harap dengan adanya wawancara yang kami lakukan para remaja sekarang lebih bisa menghargai, mensyukuri hidup dan mengutamakan ajaran-ajaran agama dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

REFLEKSI PRIBADI AMANDA


Senin, 21 April 2008 yang lalu, saya ( Amanda ) mewawancarai seorang pedagang jagung bakar di daerah Rawamangun tepatnya di Jalan Balai Pustaka Timur. Saya berkesempatan untuk mewawancarai Bapak Kafirudin untuk memenuhi tugas religiositas yang mengangkat tema “Etos Kerja Menurut Agama-agama”. Saya mewawancarai Bapak Kafirudin ini bersama Tsara, teman sekelas saya.

Yang saya dapat dari hasil wawancara ini adalah bahwa tidak semua orang bisa merasakan kehidupan yang enak, nyaman, tercukupi segalanya, akan tetapi banyak sekali orang yang harus meraup sedikit uang dari membanting tulang setiap hari tanpa mengenal lelah demi membahagiakan keluarga dan mengisi perut yang kosong itu. Pada kesempatan yang langka ini saya berhasil mengupas sedikit banyak dari kehidupan seorang pedagang jagung bakar, Bapak Kafirudin. Pak Kafirudin ini tetap terlihat ceria walaupun sedang sibuk-sibuknya membakar jagung pesanan pelanggan. Ia dengan semangat menceritakan kehidupannya yang tidak seberuntung kita dan orang-orang di sekeliling kita kepada saya. Ia menceritakan bagaimana awalnya ia bisa sampai ke Jakarta padahal Pak Kafirudin ini merupakan asli orang Purwekerto, bagaimana ia bisa sampai berjualan jagung padahal tadinya Pak kafirudin sangat ingin menjadi mekanik, dan cerita-cerita unik lainnya tentang keluarganya, kehidupan sehari-hari yang selalu ia syukuri itu kepada saya.

Setelah hampir kurang lebih setengah jam saya dan Tsara mendengarkan cerita Pak Kafirudin dengan sesekali bertanya kepadanya, hati saya sangat tergerak dan kedua mata saya seolah terbuka melihat dunia lain dibalik dunia yang selama ini saya jalani. Saya merasa tersentuh dengan semua cerita dan perjalanan hidup Pak Kafirudin ini, ia terlihat begitu tegar menghadapi hidup yang semakin penuh dengan persaingan-persaingan dan selalu mensyukuri apa yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Pak Kafirudin juga terlihat ceria menceritakan isteri dan anak-anaknya, katanya isteri dan anak-anaknya selalu menghargai dan menerima apapun kondisi yang ada pada diri Pak Kafirudin walaupun senang ataupun sedih. Menurut Pak Kafirudin itulah yang menjadi salah satu pemicu mengapa ia masih bertahan berjualan jagung bakar sampai sekarang ini.

Dengan adanya wawancara ini membuat saya tahu dan sadar bahwa segala sesuatu itu sudah ada “jalan-Nya” dari Tuhan, oleh karena itu kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan haruslah bersyukur dengan segala yang ada di dalam diri kita dan yang telah diberikan oleh Tuhan, kita tidak boleh mengingini apa yang bukan menjadi hak kita. Selain itu nilai-nilai yang saya dapatkan karena wawancara dengan Pak Kafirudin ini adalah semua pekerjaan itu sama tidak ada bedanya. Semua pekerjaan akan menghasilkan uang entah untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau apapun itu. Jadi kita sebagai remaja sekarang ini hendaklah tidak memandang rendah seseorang hanya karena pekerjaannya, kita haruslah sadar dan menghargai orang lain bahwa semua manusia itu sama dimata Tuhan. Kita diciptakan sederajat oleh tuhan tidak ada yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah.
Amanda XI IPS1/1

REFLEKSI PRIBADI Tsara

Saya (Tsara) bersama teman sekelas saya Amanda dalam rangka mengerjakan tugas Religiositas berkesempatan mewawancarai seorang pedagang jagung bakar di daerah Rawamangun yang bernama Bapak Kafirudin. Dalam mewawancarai Bapak Kafirudin tema yang diangkat adalah “Etos Kerja Menurut Agama-Agama.” Dalam wawancara yang kami lakukan pada hari Senin, 21 April yang lalu, banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat saya ambil.

Dalam wawancara yuang kami lakukan, Bapak Kafirudin menyadarkan kami bahwa dalam hidup janganlah pernah mengeluh dan beranggapan bahwa Tuhan pilih kasih atau tidak menyayangi kita. Karena semua cobaan yang dikasih Tuhan kepada kita tidak akan melampaui batas kemampuan kita, dan dibalik cobaan yang kita terima pasti akan ada hal indah yang telah Tuhan rencanakan bagi kita. Hanya saja kita sering kali tidak mengerti maksud Tuhan tersebut. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah terus berusaha dengan tekun untuk memperbaiki hidup dan tidak lupa untuk terus berdoa.

Bapak Kafirudin juga menyadarkan kami untuk terus bersyukur kepada Tuhan atas semua berkat dan rahmat yang diberikan. Karena tanpa rahmat dan berkat-Nya kita tidak mungkin jadi seperti ini. Dalam hidup janganlah kita melihat ke atas, karena apabila kita terus melihat ke atas kita akan menjadi manusia yang tidak akan pernah merasa puas, padahal apabila kita mau sedikit melihat ke bawah, kita akan sadar bahwa banyak orang diluar kita yang tidak seberuntung kita. Masih banyak orang yang tidak dapat makan, tidak punya rumah, tidak punya orangtua, atau tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap. Maka sudah sepantasnya kita bersyukur dan berbahagia dengan semua yang ada dalam hidup kita sekarang ini

Kita juga harus mencontoh sikap isteri dan anak-anak Bapak Kafirudin yang menerima dan mendukung apapun yang dikerjakan oleh Bapak Kafirudin asalkan pekerjaan itu halal. Keluarga Bapak Kafirudin tidak pernah mengeluh tentang keadaan mereka. Apabila kita melihat kembali sikap kita, seberapa sering kita marah kepada orangtua kita hanya karena permintaan kita tidak terpenuhi? Berbeda sekali dengan sikap keluarga Bapak Kafirudin yang mau menerima hidup dalam kesesederhanaan tersebut.

Satu hal yang ditekankan oleh Bapak Kafirudin adalah dalm melakukan apapun kita harus melakukannya dengan ikhlas. Seberat apapun pekerjaan itu kita harus melakukannya dengan senang hati tanpa rasa keberatan. Karena apabila kita melakukan pekerjaan kita dengan ikhlas dan tulus, maka pekerjaan yang kita lakukan akan menjadi ibadah dan membawa berkah bagi diri kita dan orang-orang di sekeliling kita.

Dari wawancara tersebut saya sadar bahwa dalam hidup kita tidak boleh membeda-bedakan seseorang. Karena Tuhan sendiri tidak membeda-bedakan umatnya. Terbukti dari hasil wawancara kami dengan Bapak Kafirudin banyak nilai-nilai hidup yang dapat kita pelajari darinya. Bukan berarti karena ia hanyalah seorang pedagang jagung bakar kita lebih baik dari dirinya. Berkat wawancaa tersebut saya sadar masih banyak dalam diri saya yang harus diperbaiki dan saya harus lebih bersyukur lagi atas semua berkat yang telah Tuhan berikan dalam hidup saya.
Tsara
XI IPS1/27

No comments: