Wednesday, April 23, 2008

Membanting Tulang Untuk Anak Tercinta /MAISIE/XI IPS I/20









Berikut ini adalah hasil wawancara dengan seorang wanita yang bernama Ibu Harti yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di daerah Pondok Kelapa.

Tanya : Sudah berapa lama ibu bekerja sebgai pembantu rumah tangga ?

Jawab : Ya kira-kira sudah sembilan tahun lebih saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pekerjaan ini sudah saya lakukan sejak sebelum saya menikah.

Tanya : Dari sekian banyak pekerjaan, mengapa ibu memilih untuk menjadi pembantu rumah tangga?

Jawab : Dulu waktu saya masih tinggal di kampung, saya adalah seorang pengangguran. Saya bingung apa yang bisa saya lakukan untuk mencari uang, sementara sekolah saja tidak bisa tamat. Tapi setelah melihat banyak tetangga saya yang lumayan berhasil menjadi pembantu akhirnya saya memutuskan untuk ikut salah satu dari mereka. Lalu saya dibawa ke Jakarta dan mulailah saya menjadi pembantu. Kalau menjadi pembantu toh tidak perlu punya pendidikan yang tinggi. Hanya butuh keterampilan untuk nyapu, ngepel, nyuci dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Lagian di kampung saya juga sudah terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan itu, jadi saya ndak usah bingung lagi, Cuma tinggal nyesuaikan diri aja sama majikannya.

Tanya : Apa suka duka selama ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga ?

Jawab : Senangnya, saya dapat bekerja sesuai dengan kemampuan saya. Bisa bertemu banyak orang yang ramah-ramah di tempat saya bekerja, apalagi majikan saya sering membawakan saya sedikit makanan untuk anak-anak saya dirumah, saya merasa terbantu sekali dengan itu semua. Kalau dukanya, ternyata jadi pembantu itu capek juga. Apalagi kalau cucian lagi banyak. Belum lagi kalau ada yang salah nanti ibu majikan saya marah-marah. Tapi ya dibawa enaknya sajalah.

Tanya : Ibu kan sekarang hanya menjadi pembantu yang pulang hari, hanya nyapu, nyuci, ngepel, beres-beres lalu pulang. Kenapa ibu memilih untuk menjadi pembantu yang pulang hari seperti itu? Kenapa tidak menjadi pembantu tetap yang menginap di rumah majikan saja ?

Jawab : Dulu waktu saya masih baru di jakarta, saya memang bekerja menjadi pembantu yang nginap. Tapi setelah saya menikah dan mempunyai anak, saya hanya menjadi pembantu yang pulang hari saja. Karena kalau saya nginap nanti anak saya tidak ada yang ngurusin. Suami saya kan juga cari uang dari pagi sampai malam, kasian anak saya tidak ada yang merawat kalau saya tidak pulang.

Tanya : Memangnya setiap harinya ibu bekerja di berapa rumah ?

Jawab : Dua rumah. Saya bekerja setengah hari di tiap rumahnya.

Tanya : Ibu punya berapa anak? Dan suami ibu bekerja sebagai apa ?

Jawab : Saya punya dua anak perempuan. Masih kecil-kecil. Yang satu sudah sekolah TK, yang satu lagi belum sekolah. kalau suami saya bekerja menjadi tukang bangunan.

Tanya : Apakah dengan penghasilan yang ibu terima, kebutuhan hidup keluarga ibu sudah dapat tercukupi ?

Jawab : Ya sudah lumayan. Walaupun belum bisa mencukupi semua keperluan tapi yang penting saya sudah bisa membeli susu untuk anak-anak saya dan sudah bisa menyekolahkan satu anak saya. Lagian selain penghasilan saya sebagai pembantu, masih ada penghasilan dari suami saya yang lumayan juga.

Tanya : Ya sudah, terima kasih ya Ibu Harti.

Jawab : Iya, sama-sama non.





REFLEKSI PRIBADI

Ternyata hidup itu tidak semudah yang saya bayangkan. Hidup itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hidup itu ternyata sulit. Banyak halangan dan rintangan yang harus kita temui dan harus kita selesaikan agar kita dapat bertahan hidup. Mungkin hal tersebut tidak dirasakan oleh kebanyakan anak-anak muda zaman sekarang yang selalu hidup enak. Yang selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa harus berusaha dan tanpa harus tahu bagaimana sulitnya untuk mendapatkan itu semua. Tetapi pernakah kita melihat orang lain yang memiliki nasib yang berbeda 1800 dengan kita diluar sana ? Mereka sangat sulit untuk mendapatkan semua kemudahan-kemudahan yang kita rasakan sekarang ini. Mereka harus berusaha keras dengan keringat dan usaha mereka sendiri untuk mempertahankan hidup di dunia yang ternyata kejam ini.

Sebelumnya, saya sangat tidak mengerti akan susahnya mencari uang dan menjalani hidup. Saya hanya bisa marah-marah atau ngambek jika orang tua saya tidak memberikan apa yang saya inginkan. Tetapi setelah saya mewawancarai seorang pembantu rumah tangga, saya baru dapat menyadari bahwa apa yang saya miliki dan dapatkan sekarang ini sudah lebih dari cukup. Bila dibandingkan dengan anak-anak seumuran saya diluar sana yang tidak dapat bersekolah atau hidup dengan layak, saya masih jauh lebih beruntung dari mereka bukan?

Saya mulai sadar bahwa orang tua saya bisa seperti sekarang ini juga karena mereka melewati masa-masa berat terlebih dahulu. Masa-masa dimana mereka harus berusaha keras membanting tulang demi dapat memenuhi kebutuhan hidup kami, keluarganya. Saya juga mulai menyadari, tidak ada kesuksesan yang dapat diraih tanpa perjuangan dan kerja keras. Mulai sekarang saya akan lebih menghargai apa yang saya miliki karena hal-hal tersebut tidak jatuh begitu saja dari langit melainkan datang dari usaha dan kerja keras orang-orang disekitar saya selama ini.

Margaret Maisie

XI IPS I / 20






No comments: