Di hari yang mendung ini, kami bertiga, Devlyn, Olive, dan seseorang yang merangkap sebagai juru foto dan saudari dari Devlyn yang turut membantu kami, berusaha keras mengelingi kompleks mencari-cari penarik bajaj yang dapat kami wawancarai. Setelah sekian lama mendeteksi keberadaan si penarik bajaj, akhirnya kami dapat menemukan Pak Arifin. Siapakah dia? Pak Arifin adalah seorang pria berusia 60 tahun yang berprofesi sebagai penarik bajaj. Pada awalnya, Pak Arifin bercita-cita menjadi seorang pedagang seperti anggota keluarganya yang lain. Sebenarnya, cita-cita itu sudah pernah dicapainya saat di kampoeng dulu. Ia mampu berdagang padi, emas, bahkan sepeda motor pun pernah menjadi sumber penghasilannya. Akan tetapi, jalan hidup Pak Arifin tidaklah semulus kayu yang telah diamplas. Berbagai rintangan menghadangnya dalam usahanya berdagang, sampai akhirnya ia mengalami krisis keuangan yang begitu mendalam sehingga bangkrut pun menjemput usahanya. Akan tetapi Pak Arifin bukanlah seorang pecundang, ia terus berusaha untuk dapat menghidupi keluarganya. Akhirnya Tuhan memberikan jalan baginya dengan cara memperkenalkan Pak Arifin dengan seorang juragan bajaj di Jakarta. Akhirnya walaupun dengan berat hati, perkerjaan sebagai penarik bajaj pun tetap dijalaninya. Kenapa Beliau melaksanakannya dengan berat hati? Karena sebenarnya ia masih sangat ingin untuk melaksanakan perkerjaan lain yang lebih baik. Akan tetapi, takdir tidak membawanya ke pekerjaan yang lain karena terhambat oleh berbagai faktor seperti tidak punya modal lagi untuk berdagang dan pendidikan yang dijalaninya hanya berhenti di tingkat SMP saja.
Pria yang sehari-harinya menarik bajaj ini sudah banyak merasakan asam garam setelah belasan tahun menjadi penarik bajaj. Banyak suka duka yang menemani profesinya itu. Yang membuat Beliau senang akan pekerjaan ini antara lain, modal untuk menjadi seorang penarik bajaj cukup ringan karena hanya perlu memiliki SIM, mengeluarkan tenaga, dan tidak perlu berpikir terlalu sulit seperti halnya berdagang yang memerlukan banyak pikiran. Dalam menarik bajaj yang perlu dipikirkan hanyalah bagaimana caranya mendapatkan penumpang agar dapat menghasilkan uang yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Selain itu ada juga berbagai rintangan yang menghalangi usahanya dalam mencari nafkah, diantaranya jika hujan turun, cukup sulit untuk mendapatkan penumpang, dan juga bila terjadi banjir bajaj Pak Arifin akan mogok dan perlu didorong. Walaupun banyak suka duka yang telah dilaluinya melaluinya pengalaman yang paling berkesan ketika ada seorang penumpang dari Sunter yang menggunakan jasa Pak Arifin dengan tujuan ke daerah Cempaka Mas. Biasanya tarif yang dikenakan Pak Arifin sekitar Rp 7.000,00, tetapi penumpang ini memberikan uang sebesar Rp 20.000,00, dan ketika Pak Arifin ingin memberikan uang kembaliannya, penumpang itu menolak. Bagi Pak Arifin itu adalah sebuah pengalaman berkesan yang diberikan Tuhan padanya.
Selain itu Beliau selalu percaya bahwa Tuhan selalu mendampingi hidupnya. Walaupun uang yang diperoleh tidak terlalu banyak, tapi Tuhan selalu memberikan jalan baginya untuk tetap dapat menghidupi keluarganya.
Pak Arifin adalah seorang penarik bajaj yang terampil dalam pekerjaannya. Menurut pengakuannya belum pernah ada penumpang yang kecewa akan pelayanannya.
Walaupun pekerjaannya sederhana, Pak Arifin tetaplah seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab. Setelah berhasil menyekolahkan ke-5 anaknya sampai di tingkat SMA, Beliau sangat melarang anak – anaknya untuk mengikuti jejaknya sebagai penarik bajaj. Baginya cukup dirinya sajalah yang menanggung pahitnya kehidupan, karena menjadi seorang penarik bajaj lebih banyak dukanya daripada senangnya.
REFLEKSI PRIBADI
*Devlyn-BajaJ
-xi ips 1/ 9-
Hidup di dunia ini sangatlah berat. Semua orang pasti merasakan itu. Contohnya saja saya sebagai pelajar. Setelah bersekolah di Sanur, saya merasa dibebani oleh banyaknya tugas dan ulangan. Tetapi setelah mewawancarai Pak Arifin, pikiran saya menjadi terbuka dan berkata “jangan menuduh dunia sangat kejam kepada kita. Kita juga harus melihat keadaan di luar kehidupan kita yang masih lebih parah dari diri kita”.
Pak Arifin rela membanting tulang untuk menlanjutkan nafas keluarganya, walaupun pekerjaan yang dimilikinya tidaklah berarti bagi masyarakat menengah keatas, tetapi ia tetap mensyukuri itu semua sebagai karunia Tuhan yang sangat luar biasa baginya, karena hanya dengan menarik bajaj lah Beliau mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai tamat SMA dan menjauhkan anak – anaknya dari kebodohan, sama seperti Tuhan yang selalu menuntun umatnya ke jalan yang benar.
*Olive-BajaJ
-xi ips 1 / 25
“Bagi dunia kamu bukanlah siapa-siapa, bagi seseorang kamu adalah dunianya”. Mungkin itu makna hidup yang bisa saya ambil dari wawancara yang kami lakukan ini. Bagi kita mungkin pekerjaan Pak Arifin bukanlah sebuah pekerjaan yang besar. Pada awalnya saya beranggapan bahwa pekerjaan sebagai penarik bajaj hanyalah sebuah pekerjaan berpenghasilan kecil, tidak penting, dan dilakukan oleh orang-orang yang berlatar belakang pendidikan rendah. Di akhir wawancara, saya baru menyadari bahwa mungkin bagi dunia Pak Arifin bukanlah siapa-siapa, akan tetapi bagi keluarganya, Pak Arifin adalah seorang yang sangat berarti. Seorang tulang punggung keluarga yang berusaha keras mencari nafkah dengan pekerjaan sekecil apapun. Mungkin profesi sebagai penarik bajaj memang bukanlah cita-cita utamanya, akan tetapi dengan pekerjaan kecil tersebut Beliau mampu mencapai tujuan hidupnya, yaitu menyekolahkan kelima anaknya setinggi-tingginya agar tidak merasakan pahitnya kehidupan seperti dirinya. Setelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh Ibu Cecil ini, pelajaran berharga yang dapat saya ambil adalah sekecil apapun pekerjaan seseorang tetaplah berharga bagi sebuah kehidupan.
Thursday, April 24, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment