Friday, April 25, 2008

tugas religio

Ahmad, Penjual Minuman


Nama mas siapa?

Ahmad.

Nama lengkapnya?

Ahmad Nasir.

Agama mas apa ya?

Islam.

Tempat tanggal lahir mas?

Madura, 21 Mei 1985

Jadi mas asli Madura?

Iya.

Status mas apa ya?

Bujangan.

Pendidikan terakhir mas?

SMP.

Mas berapa bersaudara?

5 bersaudara. Semuanya di Madura.

Sekarang kita mau nanya tentang kehidupan dan pekerjaan mas ya.

Sebenarnya mas ke Jakarta atas keinginan orang lain atau keinginan mas sendiri?

Keinginan saya sendiri.

Tahun berapa mas pertama kali ke Jakarta?

Tahun 2000 saat umur saya 17 tahun.

Mengapa mas ingin ke Jakarta?

Ingin merubah nasib menjadi lebih baik lagi.

Mas tinggal di Jakarta sama siapa?

Sama paman di daerah Kemayoran.

Yang menawarkan pekerjaan ini ke mas siapa?

Paman saya.

Bisa ceritakan sedikit gak mas perjalanan mas dari Madura kesini bagaimana?

Jadi, saya memang berniat ke Jakarta, lalu paman saya menelpon bahwa ada pekerjaan untuk saya. Maka berangkatlah saya ke Jakarta.

Ini merupakan pekerjaan pertama mas?

Iya.

Mas kenapa memilih pekerjaan ini?

Karena yang ada hanya ini saja. Ini pekerjaan diwariskan dari paman saya.

Paman mas dulu yang berjualan disini ya?

Iya. Saya tinggal meneruskan saja.

Ingin mencari pekerjaan lain gak?

Ingin. Tapi belum ada.

Cita-cita mas sebelum bekerja seperti ini apa mas?

Ingin menjadi pegawai negeri sipil.

Suka duka mas selama berjualan apa saja?

Sukanya kalo lagi banyak yang beli. Kalo dukanya pas lagi dikejar Kamtib.

Mas, kalo boleh tau, pendapatan mas sehari-hari berapa?

Kira-kira 30 sampai 40 ribu.

Pendapatan terendah dan pendapatan tertinggi yang pernah mas dapet berapa?

Kalau paling rendah 20 ribu. Dan paling tinggi pernah sampai 80 ribu.


Cukup gak mas untuk kehidupan sehari-hari?

Kalo untuk saya sekarang ini yang masih bujang, pendapatan tersebut cukup.

Pendapatan tersebut bisa cukup karena mas menghemat atau memang benar-benar cukup untuk kebutuhan sehari-hari?

Saya hemat-hemat.

Pernah gak mas ada pembeli yang resek?

Oh, gak ada. Kan yang beli cewek semua. Yang resek itu kamtib. (Mas ahmad seringkali dikejar oleh Kamtib yang tidak memperbolehkannya berjualan di trotoar depan SMA Santa Ursula)

Sekarang usaha mas lagi maju gak?

Belakangan ini penghasilannya cenderung turun. Gak tau kenapa.

Harapan mas untuk kedepannya apa?

Harapan saya supaya bisa jualan di dalam sekolah (lapangan parkir) supaya gak dikejar kamtib lagi.

Biodata

Nama lengkap : Ahmad Nasir

Nama Panggilan : Ahmad

TTL : Madura, 21 Mei

Agama : Islam

Status : Bujangan







Refleksi Pribadi

Saya lihat dunia ini seperti tidak adil. Banyak masyarakat di bawah umur seperti anak-anak sudah harus mencari nafkah dengan mengamen atau berjualan. Padahal seharusnya anak seumuran mereka kewajibannya hanya satu yaitu belajar.

Masayrakat banyak dating ke Jakarta karena menganggap akan menjadi orang sukses. Tapi kenyataannya kehidupan di Jakarta sangan susah. Mencari pekerjaan di kota besar seperti Jakarta ini tidak mudah. Orang butuh bekerja keras dan banting tulang. Ada sebagian orang yang kurang beruntung. Bila tidak mempunyai skill maka orang tersebut tidak akan sukses.

Tapi saya dapat mengambil pesan-pesan dari orang-orang yang berpenghasilan kecil. Saya bisa lihat kegigihannya untuk terus dapat menempuh hidup di Jakarta walaupun penghasilan yang mereka dapatkan sangat minim untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak mudah menyerah.

Seperti Mas Ahmad penjual minuman di SMA Santa Ursula. Dia berasal dari sebuah desa di madura. Mulai usia 17 tahun ia merantau nasib ke Jakarta demi mendapat kehidupan yang lebih baik dan untul mengejar cita-citanya menjadi pegawai negeri sipil. Tapi akhirnya dia hanya menjadi penjual minuman. Dia bekerja dengan keras sebagai penjual minuman. tapi hasil yang dia dapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Itupun sudah dia hemat-hemat pemakaiannya.

Saya sadar, hanya satu kunci sukses agar bisa terus bertahan. Yaitu tidak mudah menyerah dan terus berusaha.

Erika Prabawati

XI IPS 1 / 11




Refleksi Religiositas

Hari Jumat, 18 April 2008 yang lalu, saya dan teman sekelompok saya, Erica, mewawancarai Mas Ahmad Nasir. Mas Ahmad sudah tidak asing lagi bagi kami. Dia adalah orang yang paling dicari-cari oleh siswi Santa Ursula (dan supir-supir mereka pula) jika dahaga di siang hari yang panas menuntut untuk diredakan. Ya, Mas Ahmad adalah penjual minuman ringan di depan Sekolah Santa Ursula. Berbagai minuman, dari air mineral hingga minuman bersoda tersedia lengkap di gerobak sepedanya.

Dari hasil wawancara dengannya, saya mengetahui bahwa ia memulai perjuangannya di Jakarta sejak berumur 17 tahun. Usianya pada saat itu (tahun 2000) seumuran dengan saya sekarang. Sulit dibayangkan rasanya, saya yang berumur hampir 17 tahun masih enak-enak hidup dari penghasilan orangtua, sedangkan mas Ahmad sudah bersusah payah merantau dari Madura ke Jakarta untuk mencoba memperoleh kehidupan yang lebih baik. Itupun dengan kehendaknya sendiri, tidak ada yang menyuruh.

Perjuangannya cukup menggugah hati. Saya masih ingat, beberapa bulan yang lalu, mas Ahmad sempat tidak berjualan selama seminggu lebih. Kabarnya, Satpol PP, atau lebih dikenal dengan KAMTIB, sedang melakukan razia pedagang kakilima. Daripada barang dagangannya disita, mas Ahmad memilih untuk tidak berjualan. Bayangkan kerugian yang dideritanya jika ia kena razia. Dengan tidak berjualan seminggu lebih pun penghasilannya berkurang drastis, apalagi seluruh barang dagangannya disita? Maka dari itu dia berharap agar dia bisa berjualan di dalam sekolah.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, sulit memposisikan diri saya dengan situasi yang dia alami. Saya tentu sudah merasa putus asa menghadapi kasus seperti di atas. Tetapi mas Ahmad tidak, buktinya dia masih setia berjualan di depan sekolah sampai sekarang.

Tentu bukan cita-citanya untuk bekerja sebagai penjual minuman. Ia sendiri bercita-cita menjadi pegawai negeri. Mendengar ia berkata tanpa ragu tentang cita-citanya, saya merasa sedikit ditegur. Saya saja, yang nasibnya bisa dikatakan lebih baik daripadanya, sebenarnya belum merencanakan masa depan saya. Mungkin sudah ada, namun belum jelas arahnya kemana.

Dengan mengetahui kisah hidup mas Ahmad, saya menjadi terinspirasi untuk berusaha dengan dedikasi yang lebih. Tentunya tidak berusaha sebagai pedagang minuman, tetapi sebagai pelajar. Saya harus lebih semangat mengejar masa depan saya. Dengan adanya kemudahan-kemudahan yang tersedia, seharusnya saya lebih fokus menggapai cita-cita, bukannya membuat cita-cita saya menjadi lebih ‘kabur’ dengan bersantai dan bermanja-manja. Jujur saja, saya merasa belum maksimal dalam berjuang dalam pelajaran saya. Masih banyak hal yang masih dalam kendali saya yang masih dapat diperjuangkan agar menjadi lebih baik, namun tidak saya perjuangkan secara maksimal. Contohnya, daripada belajar saya lebih memilih nonton televisi, atau saya cenderung menunda-nunda pekerjaan sehingga ujung-ujungnya pekerjaan tersebut tidak selesai. Hal-hal ini masih dapat diperjuangkan untuk diubah bukan?

Demi kebaikan saya sendiri seharusnya saya sadar untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk saya seperti di atas. Banyak sekali orang-orang yang membayangkan dapat hidup lebih baik, seperti hidup yang saya jalani sekarang. Tanyakan saja kepada mas Ahmad.

Bernadetha Indreswari Wisnuputri

XI IPS 1 / 04


XI IPS 1

Indi (4)

Erika (11)

No comments: