Friday, April 25, 2008

tugas wawancara(Herin-XI IPS1/16 & Hilda-XI IPS1/17)




Masalah Menjadi Berkat

Pada suatu hari yang agak berawan, kami berdua berjalan menuju suatu rumah di kawasan Jakarta barat. Ketika sampai di depan rumah, kami langsung disambut hangat oleh seorang wanita yang berparas lembut yang tersenyum hangat saat bertemu kami.
Wanita itu bernama Vinarti. Ia biasa dipanggil Vivin. Wanita ini bekerja sebagai baby sitter, yang tugasnya mengurus bayi-bayi mungil nan lucu. Seperti yang kita tahu, pekerjaan baby sitter bukanlah suatu pekerjaan yang tetap, karena setelah bayi tersebut sudah mulai besar, ia akan tidak dibutuhkan lagi. Mungkin yang dapat dilakukan, menjadi baby sitter untuk bayi yang lain ataupun beralih pekerjaan dengan mengurus manula.
Wanita yang berkelahiran Pacitan, tanggal 13 Januari 1970 ini pada awalnya bercita-cita menjadi seorang perawat Rumah Sakit. Namun, karena situasi dan kondisi keluarganya yang kurang mampu maka iapun mengurungkan niatnya untuk menjadi perawat. Akhirnya, ia pun mengambil kursus untuk menjadi baby sitter yang memakan waktu selama 3 bulan dengan biaya yang tidak terlalu banyak. Walaupun biayanya tidak terlalu banyak, namun bagi keluarga Ibu Vivin biaya itu sudah termasuk biaya yang cukup memberatkan keluarganya.
Ibu Vivin sendiri mengaku senang melakukan pekerjaan menjadi seorang pengurus bayi atau manula, karena ini merupakan hobbynya. Sejak kecil ia memang pandai mengurus anak-anak dan orang sakit, juga orang tua (manula). Dengan pekerjaan yang digelutinya saat ini, ia mendapatkan banyak pengalaman yang berharga dalam hidup. Banyak pengalaman yang ia syukuri selama bekerja menjadi baby sitter, antara lain pergi ke luar kota, naik pesawat, bertemu artis, dan lain-lain. Pengalaman- pengalaman tersebut mungkin tidak akan pernah ia alami jika tidak bekerja menjadi seorang pengasuh. Beliau juga pernah menjadi baby sitter seorang artis yaitu, Nur Abni Oktavia.
Di balik kesenangannya itu, tentu ia juga seringkali mendapat pengalaman buruk. Antara lain ketika mendapat majikan yang cerewet, mengasuh bayi yang susah untuk diasuh (seperti, bayi yang rewel), mengurus jompo yang sulit diatur ataupun jompo yang cerewet, dan lain-lain. Dari pengalaman Ibu Vivin, ternyata mengurus jompo itu lebih susah dibandingkan bayi.
Ibu Vivin sudah bekerja menjadi baby sitter dan mengurus jompo sekitar sepuluh tahun. Tepatnya sejak tahun 1995. “Setelah saya selesai kursus, saya langsung bekerja. Karena saya tidak ingin membebani orang tua saya”, begitu ujarnya. Sungguh mulia tindakannya itu. Tentu Ibu Suratmi dan Bapak Sudirman bangga memiliki anak seperti ibu Vivin ini.
Dari pekerjaannya ini, ibu Vivin bisa mendapat penghasilan sebesar Rp 800.000,00 sampai Rp 1.300.000,00. Dari gaji yang didapatkannya tersebut, ia gunakan untuk membiayai kehidupan 2 orang anaknya, yang masih berumur 10 dan 5 tahun serta ibunya. Maklum saja, karena sebuah kecelakaan besar telah merenggut nyawa suaminya. Almarhum suaminya meninggalkan Ibu Vivin dan 2 orang anaknya itu pada tahun 2004. Sejak saat itu, ibu Vivin menjadi seorang single parent yang tangguh dan penuh semangat mencari uang untuk menafkahi anak-anaknya. Setiap bulan ia mengirimkan sebagian dari penghasilan yang didapatkannya ke ibunya serta anak-anaknya. Suster Win, begitu biasa ia dipanggil,juga selalu mengunjungi anak-anaknya ketika ia mendapat cuti.
Pekerjaan ibu Vivin yang dapat dikatakan tidak kenal waktu, selama 24 jam, tentunya sangat menguras banyak energinya. Maka itu, bila ia mendapatkan waktu cuti, ia menggunakan waktu itu untuk beristirahat. Pekerjaannya ini menuntut ia harus selalu siap 24 jam, karena ia harus bangun di tengah malam bila bayi yang diurusnya menangis ataupun jompo yang dirawatnya rewel. Walaupun banyak tuntutan dalam bekerja, ia tetap rajin beribadah. Beliau merupakan seorang Muslimah yang taat. Ia jarang sekali melewatkan waktu untuk shalat kecuali bila dalam kondisi yang benar- benar tidak memungkinkan, mengingat pekerjaannya yang harus siap sleama 24 jam. Selama ia menjadi seorang pengasuh,ia selalu mendapat majikan yang cukup baik dan juga ia tidak pernah mendapat majikan yang melarangnya untuk beribadah. Karena itulah ia bersyukur pada Allah karena mendapat majikan yang baik dan menghormati agama yang dianutnya.
Dari kisah ibu Vivin, kita menjadi mengatahui kalau ternyata ibu Vivin selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan padanya. Tapi, ia tidak hanya berpasarah saja, namun ia juga ikut mengembangkan apa yang Tuhan berikan padanya. Dalam hal ini, ibu Vivin merawat dan mengembangkan bayi dan jompo yang merupakan karunia dari Tuhan. Selain memelihara ciptaan Tuhan Ibu Vivin juga membangun harapan agar hidupnya dan hidup orang lain sejahtera. Ibu Vivin percaya bahwa Tuhan selalu menuntun arahnya termasuk dalam bekerja, karena itu ia juga percaya bahwa melakukan pekeraan ini sama dengan bekerja dengan Tuhan.
Dari wawancara kami dengan seorang janda tangguh yang berprofesi sebagai pengasuh ini, kami mendapatkan suatu nilai hidup dari Ibu Vivin, yaitu “Jangan pernah menyerah saat kita mendapat suatu masalah. Tataplah ke depan dan halaulah masalah itu menjadi berkat”

***
Herinda Kusuma-XI IPS 1 / 16
Hilda Anita-XI IPS 1 / 17


Foto-foto


Aktivitasnya sebagai baby sitter




Herin-Suster Win& bayi yang diasuh-Hilda



REFLEKSI PRIBADI (Herinda Kusuma-XI IPS 1/ 16)
Setelah melakukan wawancara dengan Ibu Vivin yang berprofesi menjadi baby sitter, saya mendapatkan banyak hal baru mengenai kehidupan. Dari bagaimana caranya memenuhi kebutuhan sehari- hari sampai bagaimana kita memaknai hidup itu sendiri. Walaupun sebenarnya hal tersebut sudah ditanamkan dalam diri saya semenjak saya kecil oleh kedua orang tua saya, tetapi saya belum pernah mengalami hidup yang serba berkekurangan seperti hal nya orang banyak yang kurang beruntung sehingga yang saya ketahui hanya sekedar teorinya saja.
Maka melalui wawancara ini, saya dapat mengetahui lebih nyata akan perjuangan orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjalani kehidupannya. Untuk memenuhi seluruh kebutuhannya, manusia harus bekerja agar mendapatkan uang. Namun ternyata, bekerja bukanlah semata-mata untuk mendapatkan uang atau kenikmatan saja, tetapi bekerja merupakan salah satu bentuk ungkapan syukur kita kepada Tuhan atas semua yang telah diberikan-Nya kepada kita. Dengan bekerja kita bisa belajar melatih kejujuran, tanggung jawab, rasa mencintai sesama, menghargai sesama, menghormati sesama, dan banyak nilai kehidupan yang lain. Pengalaman yang kita dapatkan dari bekerja ternyata dapat membuat pribadi kita menjadi lebih dewasa.
Selain itu, saya juga menjadi sadar bahwa semua yang kita lakukan, khususnya dalam melakukan suatu pekerjaan, tidak bisa lepas dari kuasa Tuhan. Saat kita bekerja pun berarti kita sedang berkarya bersama Tuhan. Jadi, sebenarnya bekerja itu mempunyai banyak arti di dalamnya.




Refleksi (Hilda Anita-xi ips1/17)
Saat saya pertama kali datang ke rumah tempat kami wawancara, suasana hangat dan ramah muncul dari ibu Vivin. Sehingga membuat saya menjadi kagum dengan keramahannya. Selain itu, kegigihannya untuk mengahadapi masalah juga sangat menginspirasi saya. Ternyata, masalah itu harus dihadapi sehingga menjadi sebuah berkat. Bukannnya dihindari seperti yang selama ini saya lakukan.
Dengan bekerja, kitapun menyadari kalau kita sangat membutuhkan Tuhan di samping kita. Dengan bantuan Tuhan, maka segala halanganpun akan mudah telewati. Sehingga saya menjadi sadar kalau bekerja itu berarti semakin dekat hubungan kita Tuhan.
Selain mendapatkan uang dari bekerja, ternyata bekerjapun bisa menghasilkan memupuk pandangan kejujuran, kesadaran akan kewajiban, dan cinta pada sesama. Dari sini, saya menjadi memahami akan arti dari bekerja yang tidak hanya mencari uang.
Dengan bekerja, saya menjadi mendapat kemampuan dan pengalaman baru. Dan itu sangat berarti bagi kehidupan saya. Karena itu, bekerja itu juga sangat berarti bagi hidup kita.

1 comment:

WRP-Admin said...

masih punya nomornya sus Vivin ??? lg pengen nyari babysitter yg pengalaman nih ...